Musikalisasi Puisi
Mengusung nyanyian puisi, menuju tingkat Sumatera
Kamis,
20 Juni 2013
Oleh
Zelly M.Sn
Salah satu peserta lomba unjuk
kebolehan dalam musikalisasi puisi
(foto/Zelly M.Sn)
Lembaga Balai Bahasa Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Bengkulu, kembali mengelar ajang tahunannya
yg diberi tajuk “Festival Musikalisasi Puisi”. Ajang tersebut berlangsung di Aula LPMP pada
hari kamis, tanggal 20 Juni 2013, pukul 09.00 WIB. Pertunjukan musikalisasi
puisi tersebut diikuti oleh 15 peserta dari perwakilan setiap Sekolah Menengah
Atas yang berada di Provinsi Bengkulu. Salah satu peserta yang menjadi
pemenang, akan menjadi wakil daerah Bengkulu untuk mengikuti lomba serupa di
tingkat Sumatera, tepatnya di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau pada 24/27 Juni
mendatang.
Festival musikalisasi puisi mengusung
beberapa karya puisi terkenal dari para penyair tanah air, seperti ‘Jembatan’
karya Hermansyah, yang sekaligus menjadi juri pada acara tersebut dan beberapa
karya penyair putra daerah Bengkulu lainnya, seperti ‘Selamat Pagi Bengkulu’. Kriteria
penilaian musikalisasi dari para dewan juri, merujuk pada penggolahan puisi,
pencapaian puisi dalam sebuah dimensi musik. Dewan juri yang telah ditentukan oleh panitia,
berjumlah 3 orang dan akan menilai performant keseluruhan garapan puisi. Adapun
yang terbaik dari seluruh peserta, diharapkan mampu mewakili Bengkulu dalam
menghadapi festival selanjutnya di Kep.Riau mendatang.
Pertunjukan musikalisasi puisi yang
dimulai dari pagi itu, merupakan suatu perwujudan kreatifitas siswa yang
ditunjang oleh kemampuan dari masing-masing peserta yang sebelumnya sudah
pernah mengikuti pelatihan musikalisasi puisi. Para peserta yang mengikuti
lomba karya musikalisasi puisi pada umumnya mengangkat tema local yang berasal
dari daerah Bengkulu. Mereka banyak mengunakan idiom-idiom lokal dan menjadi
latar dari puisi yang sedang dibawakan.
Adapun beberapa penampilan dari
peserta, membawakan performant yang bervariasi dengan garapan yang lebih
majemuk. Ada yang mengusung puisi menjadi nyanyian, ada yang membawakan puisi
dengan dominan musik sebagai pengiring, ada yang lebih fokus pada penggarapan
musikalisasinya daripada intrinsik puisi, dan ada juga penggarapannya balance antara musik dan puisi
itu sendiri. Berbagai tampilan dari masing-masing peserta adalah representasi
mereka terhadap apa itu musikalisasi puisi.
Jika dikaji kembali apa itu
musikalisasi puisi, maka penjelasannya adalah puisi yang dinyanyikan sehingga
seorang pendengar yang kurang paham menjadi paham, yang tidak bisa
menggambarkan sebuah isi puisi jadi bisa tahu bagaimana puisi tersebut. Dengan
mengkolaborasikan antara sastra dan musik. Maka yang perlu diingat adalah
bagaimana bisa membuat karya puisi menjadi indah, menjadi kuat maknanya dan
membuat puisi mudah untuk dimengerti dan dipahami. Oleh karena musikalisasi
puisi bukanlah membaca puisi dengan iringan musik, melainkan melagukan sebuah
puisi menjadi nyanyian. Seperti contohnya ada beberapa lagu yang dinyanyikan
oleh franky sahilatua yakni ‘’Perahu Retak” dan lagu Bimbo dari penyair Taufik
Ismail yang salah satunya berjudul ‘Sajadah Panjang” juga merupakan penuangan
dari puisi menjadi musikalisasi puisi yang mudah dan indah untuk didengar.
Jadi diharapkan untuk kedepannya,
lembaga ini mampu menjadikan acara tahunan tersebut lebih efektif dan
totalitas. Oleh karena acara ini sangat apersepsi bagi para penyuka seni
khususnya seni sastra dan musik. Kedalaman pada penguasaan tema, menjadi
pekerjaan rumah bagi lembaga ini. Bagaimana kita tetap mampu mempertahankan
unsur-unsur keseniannya dan tetap mengangkat budaya lokal yang ada.
Komentar
Posting Komentar